Produk versi baru dari motor jenis lama kini tak hanya mengubah tampilan bodi, tapi juga menambah isi mesin.
ADA satu hal menarik saat PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) meluncurkan New Jupiter Z di Jakarta, Senin (30/11) lalu. Menarik bukan dari sisi prosesi peluncurannya–yang notabene mirip-mirip dengan prosesi peluncuran produk motor baru lainnya, melainkan menarik dari segi perubahan yang ditawarkan produk baru itu.
Umumnya kehadiran suatu motor baru beberapa tahun terakhir masih berkutat di sekitar perubahan tampilan saja. Sebut saja di sektor desain bodi, mulai bentuk lampu depan, panel spidometer, front flasher, cover handle, hingga lampu belakang.
Tapi kini ada tren lain. Strategi baru berupa penambahan kapasitas mesin sedang coba ditawarkan para perusahaan pemegang merek sepeda motor. Tak banyak-banyak memang, paling banyak penambahan itu hanya 10 cc. Misalnya dari motor 100 cc dinaikkan menjadi 110 cc, atau dari 110 cc di-upgrade menjadi 115 cc.
New Jupiter Z yang kini mengusung mesin 113,7 cc (115 cc) dari sebelumnya 110 cc sebetulnya bukan motor pertama yang kelas cc-nya dinaikkan. Setahun lalu pada gelaran Jakarta Motorcycle Show 2008, Yamaha sudah lebih dulu meluncurkan Yamaha Vega ZR yang merupakan penyempurnaan Yamaha Vega berkapasitas 110 cc. Persis seperti Jupiter, Yamaha Vega yang baru ini naik dari 100 cc menjadi 113,7 cc.
Di waktu yang berbeda, PT Astra Honda Motor (AHM) juga melakukan hal yang sama. Berbeda dengan peluncuran bebek sebelumnya yang sebatas facelift, kali ini AHM menyiapkan motor bebek dengan kapasitas lebih besar daripada pendahulunya. Honda Revo yang tadinya hanya 100 cc dinaikkan menjadi Honda Absolute Revo dengan mesin 110 cc.
Apa sebenarnya yang diharapkan pabrikan dengan penambahan kapasitas mesin yang cuma secuil itu? Mohammad Masykur, Manager Model Planning Development R&D Division YMKI, menyebut tenaga, torsi, dan akselerasi menjadi pertimbangan.
Pada New Jupiter Z misalnya. Dengan kapasitas mesin yang baru, kini tenaga dan torsi maksimum bisa diperoleh pada putaran yang lebih rendah, bahkan sampai 500 rpm di bawah mesin yang lama. “Akselerasinya lebih cepat 0,1 detik untuk 0-100 meter. Kecepatan maksimum juga naik dari 88 menjadi 95 km/jam,” jelasnya.
Strategi life cycle
Yang tak kalah menarik, dengan meluncurkan motor upgrade ini pabrikan sampai berani menghentikan (discontinue) produk lamanya. Sebuah strategi yang cukup berani mengingat sebetulnya motor-motor lama yang di-discontinue itu, seperti Honda Revo dan Yamaha Jupiter Z, sama-sama merupakan penguasa di kelas motor cubs di Indonesia.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI), selama kurun waktu 2008, Revo 100 cc mampu mencatat penjualan 1.196.418 unit. Jupiter Z versi lama mencatatkan raihan angka penjualan sebanyak 564.593 unit atau 38,8% market share kelas motor menengah.
Honda, melalui Direktur Pemasaran AHM yang kala itu dijabat Johannes Loman, beralasan mereka sengaja menyetop produksi Honda Revo versi lama dan Supra Fit X yang sama bermesin 100 cc karena ingin memperkuat segmen di atasnya, yaitu kelas bebek di bawah 125 cc.
“Dengan kehadiran Honda Absolute Revo, kami optimistis mampu menguasai 62% pasar kelas bebek di bawah 125 cc pada 2009, naik dari 2008 yang sebesar 56%,” ujarnya.
Alasan Vice President Director YMKI Dyonisius Beti, peluncuran Jupiter Z baru dan penghentian produksi versi lama ini terkait dengan strategi life cycle yang diusung Yamaha. Strategi yang meyakini bahwa suatu produk sepeda motor biasanya memiliki rentang waktu 3-5 tahun.
Artinya setelah memasuki tahun ketiga, sepeda motor Yamaha dituntut melakukan perubahan. Baik itu sekadar perubahan eksterior ataupun dalam bentuk perubahan keseluruhan mulai desain hingga mesin. “Peluncuran ini sudah on schedule, pada 2004 lalu diluncurkan generasi pertama Jupiter, lalu minor change di 2007. Kini 2009 perubahan total dilakukan pada Jupiter Z,” jelasnya.
Meski mengaku belum akan melakukan hal yang sama, Edi Darmawan 2w Marketing Promotion & Dealer Development PT Suzuki Indomobil Motor menilai tren peningkatan cc suatu sepeda motor seperti ini tentu dilandasi kebutuhan konsumen itu sendiri. Kini banyak konsumen khususnya anak muda memilih motor berkapasitas tinggi dengan harapan dapat memperoleh performa baik. “Barangkali itu salah satu alasan pabrikan menaikkan cc produk motornya.”
Persoalannya, naiknya cc sudah pasti diikuti kenaikan harga. Artinya, lagi-lagi konsumen dipaksa merogoh kocek mereka lebih dalam. Lalu, ke mana akan larinya konsumen yang tidak mampu mengikuti strategi dan kemauan produsen?